Disebutkan dalam
Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu
yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,”
atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang
itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung
silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia
masuk surga”.
Dapat terlihat
jelas bukan? Bahwa dalam hadis tersebut menggunakan kata silaturahmi, bukan
silaturahim.
Nah
pertannyaanya apa bedanya sih antara keduanya?
Yuk kita bahas
Silaturahim
berasal dari bahasa Arab, ‘sillah ar-rahim’ (Shillah), artinya hubungan rahim;
tali kasih sayang. Jadi kata silaturahim ini merujuk pada hubungan
kekeluargaan. Ikatan janin, ikatan darah daging.
Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daringtertulis silaturahmi berupa nomina
diartikan sebagai tali persahabatan (persaudaraan). Ada pun kata silaturahim
dalam kamus tersebut dirujuk kepada kata silaturahmi. Dengan demikian, KBBI
lebih memilih kata silaturahmi daripada silaturahim.
Berdasarkan hal
tersebut, makna silaturahmi dan silaturahim adalah sama. Yaitu, bisa berarti
menyambungkan rahim, menyambungkan atau mengikat tali persaudaraan,
kekerabatan, persahabatan, ataupun menyambungkan kasih sayang. Di dalam KBBI
daring yang digunakan adalah silaturahmi bukan silaturahim. Hal tersebut
dimungkinkan,karena mayoritas masyarakat penggunanya lazimnya mengggunakan kata
silaturahmi.
Dikutip dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar